Rabu, 18 Februari 2009

POTENSI BIOETANOL

A. Aspek Pasar
a. Pasar International.
Peluang bisnis biofuel di dunia sangat besar. Berdasarkan laporan Clean Edge seperti dikutip buku The Clean Tech Revolution (2007) karya Ron Pernick dan Clint Wilder, pasar biofuel di dunia tahun 2006 mencapai 20,5 miliar dolar AS (untuk etanol dan biodisel). Nilai pasar itu akan meningkat empat kali lipat pada tahun 2016. Di AS, etanol dicampur dengan gasoline (premium) dengan kadar campuran 2-85 persen. Di Brazil, sudah diproduksi mesin-mesin yang bisa memakai etanol seluruhnya (100 persen). Namun demikian, kondisi pasar etanol di Brazil sangat fleksibel. Jika harga BBM tinggi sekali, maka campuran etanol pada premium diperbesar, dan sebaliknya. Tahun 2006, produksi etanol di dunia mencapai 12 miliar galon. Di AS, campuran premium dan 10 persen etanol (E-10) dipakai mobil-mobil tanpa modifikasi mesin. Sedangkan untuk campuran 85 persen etanol (E-85), mesinnya dimodifikasi dengan flex-fuel vehicle (FFVs). Jika produksi etanol di dunia makin besar dan kendaraan di dunia sudah pro-biofuel, niscaya semua kendaraan di muka bumi akan memakainya. Jika sudah demikian, ‘emas hitam’ yang berasal dari kilang-kilang minyak di Timur Tengah akan bergeser ke ‘emas hijau’ yang berasal dari kebun-kebun minyak di daerah tropis seperti Asia dan Amerika Latin.
b. Pasar Nasional
Pada kurun pertama 2007-2010 selama 3 tahun pemerintah memerlukan rata-rata 30.833.000 liter bioetanol per bulan. Dari total kebutuhan itu cuma 137.000 liter bioetanol setiap bulan yang terpenuhi atau 0,4%. Itu berarti setiap bulan pemerintah kekurangan pasokan 30.696.000 liter bioetanol untuk bahan bakar. Pangsa pasar yang sangat besar belum terpenuhi lantaran saat ini baru PT Molindo Raya Industrial yang memasok Pertamina. Dari produksi 150.000 liter, Molindo memasok 15.000 liter per hari. Molindo menjual biopremium melalui Pertamina Rp5.000 per liter. Pertamina menerima berapa pun pasokan bioetanol dari pihak swasta. Yang penting memenuhi syarat berkadar etanol minimal 99,5%. Rata-rata bioetanol hasil sulingan produsen skala rumahan berkadar 90-95%. Agar syarat itu tercapai, produsen dapat mencelupkan penyerap seperti batu gamping dan zeolit sehingga kadar etanol melonjak signifikan. Selain itu, pemasok harus mengantongi izin usaha niaga bahan bakar nabati dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Trubus).
c. Produsen bioetanol
- PT Molindo Raya Industrial di Malang, Jawa timur. Kapasitas produksi 48000 Kl/tahun. Bahan baku tetes tebu
- LPDME di Kendal. Bahan baku tetes tube, porang, ubi kayu
- Pengolahan Bioetanol di Ajibarang, Banyumas. Kapasitas produksi 8000 lt/hari. Bahan baku ubi kayu
- PT Bio Prima Energi Mandiri di desa Munggu, Kec. Petanahan, Kebumen. Kapasitas 300 lt/hari. Bahan baku tebu, jagung, ubi kayu
- Pak Budi Sulaeman di Doplang, Karang pandan, Karanganyar. Kapasitas 480 lt/hari. Bahan baku tetes tebu
B. Survei lapang
a. Bahan baku dan lahan pengembangan ubi kayu
Ubi kayu di jawa barat banyak di kabupaten Sukabumi dan Bogor. Di sukabumi tersebar di kecamatan Cikembar, dan Ciemas yaitu daerah Sukabumi bagian selatan. Di kabupaten Bogor tersebar di kecamatan Citeureup dan babakan Madang. Kisaran harga ubi kayu di kebun Rp 700,-/kg. Ditemukan banyak lahan di daerah sukabumi selatan yaitu milik perum perhutani, cukup potensial untuk pengembangan ubi kayu dan atau sorgum. Didaerah Garut dan Bandung juga terdapat banyak lahan yang berbukit bekas tanaman ubi kayu.
b. Kompor bioetanol
Ada beberapa kompor bioetanol yang sudah di kaji diantaranya:
- Kompor buatan pak Soekaeni dari Cicurug
- Kompor Bahenol ( bahan hemat etanol) buatan pak Budi Sulaeman dari Karanganyar
- Kompor dari PT Kreatif energy yang sebenarnya impor dari luar negeri. Ada 3 jenis
- Kompor Repindo buatan pak Mansyur dari Yogyakarta
- Kompor buatan PT Agro Farmaka sendiri hasil modifikasi beberapa kompor sebelumnya
Dari semua kompor yang telah dikaji, masih terdapat beberapa kelemahan yang harus di sempurnakan lagi. Beberapa yang masih harus di sempurnakan adalah sistem pembesaran api, tabung penampung bioetanol, warna nyala api, dan sistem mematikan api.
c. Produk bioetanol
Ada beberap bioetanol yang dihasilkan oleh beberapa produsen. Diantaranya:
- Bioetanol kadar 90% telah dihasilkan oleh pak Soekaeni di Sukabumi dan pak Himawan di Cilegon
- Bioetanol kadar 80% oleh PT Kreatif Energi
- Bioetanol kadar 50% oleh pak Budi Sulaeman
- Bioetanol kadar 75% oleh LPDME Kendal
- Bioetanol jeli yaitu bioetanol dalam bentuk padat. Bioetanol jeli diproduksi dengan mencampur bioetanol dan bahan pengental.
C. Hasil tinjauan lapang dan wawancara
Dari hasil tinjaun dan wawancara dengan masyarakat setempat, telah diperoleh beberapa informasi diantarannya:
1. Masyarakat pada umunya belum tahu bahwa ubi kayu itu dapat menggantikan minyak tanah. Bahkan sebagian yang lain tidak tahu sama sekali kalau tanaman bisa jadi minyak.
2. Petani ubi kayu termasuk petani kurang sejahtera sebab kemampuan mereka menanam ubi kayu biasanya tanpa modal besar. Bibit didapat dari sisa tanaman sebelumnya. Petani cenderung tidak melakukan aktivitas berarti untukmerawat tanamannya itu
3. Ubi kayu sebenarnya tersebar di sebagian besar kawasan jawa barat. Pada umumnya ubi kayu menjadi tanaman sela. Pada daerah sentra ubi kayupun belum ditemukan kelompok tani khusus penanam ubi kayu yang sudah lama terbentuk. Kalaupun ada yaitu di kecamatan Ciemas itu karena adannya program dari pemerintah jawa barat yang usia kelompoknya masih baru.
4. Sebagian besar masyarakat daerah sentra ubi kayu menyambut positif adanya program pemanfaatan ubi kayu menjadi bioetanol. Mereka yakin akan banyak petani yang mau menanam ubi kayu dengan perawatan lebih.
5. Harga ubi kayu di sebagian besar jawa barat Rp 700,-/kg basah. Harga lebihrendah bisa ditemukan pada daerah yang semakin jauh dari kota.
6. Bioetanol sebagai pengganti minyak tanah belum sepenuhnya dibutuhkan masyarakat saat ini. Untuk daerah pedesaan, mereka masih menggunakan kayu yang tersedia di kebun-kebun atau hutan. Program konversi ke Gas juga masih mampu mencukupi meskipun dibeberapa daerah terjadi kelangkaan. Harga minyak tanah sendiri masih relative terjangkau oleh masyarakat. Apalagi kualitas nyala api dari kompor bioetanol yang belum bisa bersaing, kalaupun ada beberapa kompor yang nyalannya biru iru saja harga belinya masih mahal.

3 komentar:

  1. mampir nich....
    oh ea,, ada sedikit info tentang kayu jabon, pernah denger ngak tentang kayu jabon.
    moga manfaat dech....

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Pak.khani, jabon juga sebagai sumber bahan baku Bio-butanol dan bio-ethanol

    BalasHapus