Selasa, 24 Maret 2009

Paprika ( Capsicum annum) di Indonesia Masih Suangat menjanjikan Lhooo

1. Sejarah dan Prospek
a. Sejarah
Paprika (Capsicum annuum) adalah sejenis cabai yang berasa manis dan sedikit pedas. Paprika berasal dari family terung-terungan (Solanaceae). Tanaman ini termasuk tanaman semusim atau tanaman berumur pendek. tanaman paprika tumbuh sebagai tanaman perdu atau semak, dengan ketinggian mencapai 4 m. Bentuknya unik, yaitu besar dan gendut seperti buah kesemek. Paprika ini sering digunakan sebagai bumbu masakan atau bahan sayuran. Berbeda dengan cabai biasa, biji paprika biasanya tidak dimakan. Tanaman paprika cocok tumbuh di berbagai iklim dan dapat tumbuh di berbagai belahan dunia. Paprika berasal dari Amerika Selatan dan banyak dikembangkan di Hungaria. Di Indonesia, paprika cukup dikenal. Paprika banyak dikembangkan secara hidroponik di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan warnanya, paprika dibedakan atas paprika hijau, paprika merah, dan paprika kuning. Berdasarkan rasanya, paprika dibedakan atas dua jenis, yaitu paprika manis yang bentuknya besar dan paprika pedas yang bentuknya lebih kecil.
b. Peluang Bisnis
Sutardi, Ketua Koperasi Petani Mitra Sukamaju, Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, menyebutkan, untuk menanam paprika sebanyak 50.000 batang dibutuhkan rumah kaca seluas 1,25 ha. Satu tanaman bisa menghasilkan rata-rata 3 kg paprika selama delapan bulan panen dengan harga jual rata-rata Rp 10.000/kg. Dana yang perlu disiapkan sebesar Rp 350 juta termasuk sewa lahan selama lima tahun dan kebutuhan irigasi. Biaya produksi, menurut dia, sekitar Rp 9.600/batang atau Rp 480 juta/musim. Dari 50.000 tanamannya, Sutardi memperoleh pendapatan sekitar Rp 880 juta. Sutardi dan Deni menjelaskan, modal kerja itu bisa kembali dalam satu kali panen bila pasaran paprika sedang bagus. “Jika beruntung, satu musim pun modal bisa kembali,” tandas Deni. Namun demikian, tidak sedikit petani yang kembali modal lebih dari itu. Menurut Sutardi berdasarkan hitungan riil, rata-rata modal kembali dalam tempo 1,4 tahun. “Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, misalnya harga di pasaran, efektivitas biaya produksi dan teknik budidaya,” terangnya.
2. Botani dan Fisiologi
a. Morfologi tanaman
secara morfologi, bagian penting tanaman cabai paprika adalah sebagai berikut:
1. Batang keras dan berkayu, berbentuk bulat, halus, berwarna hijau gelap, dan memiliki percabangan dalam jumlah yang banyak. batang utama tanaman tumbuh tegak kuat.
2. Daun berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata. daun memiliki tangkai tunggal yang melekat pada cabang atau batang dengan kedudukan daun agak mendatar.
3. Bunga tunggal (soliter) dan berbentuk bintang dengan mahkota bunga berwarna putih. bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun.
4. Buah akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan. buahnya memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, warna, dan rasa. kulitnya halus dan dan daging buahnya tebal sehingga tidak mudah rusak saat penanganan pasca panen.
5. Biji berbentuk bulat pipih, dengan jumlah sedikit, berwarna putih kekuning-kuningan.
6. Akar tanaman tunggang yang tumbuh lurus ke pusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar kesamping serta mudah menyerap air (porous)
b. Agroklimat
Paprika adalah tanaman subtropis sehingga akan lebih cocok ditanam pada daerah dengan ketinggian di atas 750 m dpl (di atas permukaan laut). Tanaman paprika membutuhkan kondisi khusus agar tumbuh dengan baik. Salah satunya adalah menghendaki kisaran suhu optimum 21°C – 25°C untuk pertumbuhan dan perkembangannya dan 18,3 – 26,7°C untuk pembuahannya. Di luar itu, maka pertumbuhan paprika akan terganggu. Selain itu, tanaman paprika termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap intensitas cahaya yang tinggi, akibatnya bila ditanam pada kondisi yang intensitasnya tinggi menyebabkan hasil akhir bobot buah cabai paprika akan sangat rendah. Sebenarnya tidak akan menjadi masalah apabila penanaman paprika dilakukan dalam green house yang notabene kondisi iklim mikronya mudah dikontrol, namun mengingat pembuatan green house menelan biaya yang tidak sedikit, maka tidak sedikit petani kita yang mengusahakannya di lahan terbuka. Pengusahaan paprika di alam terbuka tentu saja membawa dampak kurang bagus pada produksinya karena intensitas cahaya dan suhu tidak sesuai yang diinginkan. Untuk mengatasi hal tersebut maka dalam pembudidayaannya harus diusahakan agar agroklimatnya terpenuhi dengan menggunakan sumber daya yang ada dan lebih terjangkau. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan naungan. Pemberian naungan itu sendiri ditenggarai dapat mengurangi intensitas cahaya matahari serta mengurangi kekurangan air akibat proses evapotranspirasi yang tinggi. Di Indonesia, tanaman ini banyak diusahakan di daerah seperti Brastagi, Lembang, Cipanas, Bandung, Dieng, dan Purwokerto. Walaupun jika dibandingkan dengan permintaan jenis cabai yang lain, permintaan paprika lebih kecil, luas penanaman paprika terus berkembang seiring dengan permintaan pasar yang terus meningkat.
3. Budidaya
a. Keuntungan Budidaya secara Hidroponik
Teknik budidaya secara hidroponik merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi pada kondisi lahan yang semakin sempit sebagai akibat dari konversi lahan pertanian untuk kawasan industri dan pemukiman. Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari teknik budidaya hidroponik antara lain adalah pertumbuhan tanaman dapat lebih dikontrol, produksi tidak tergantung musim, dan harga jual komoditi lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual komoditi yang dibudidayakan secara tradisional di tanah. Teknik budidaya secara hidroponik memiliki banyak keuntungan, namun di sisi lain budidaya secara hidroponik memerlukan modal yang besar serta pengetahuan dan ketrampilan khusus dalam pelaksanaannya. Budidaya sistem ini dapat menghasilkan panenan dua kali lipat dibandingkan budidaya di lahan terbuka.
b. Langkah budidaya paprika dimulai dari penyemaian benih.
1. Media tumbuhnya terdiri dari pasir gunung, sekam bakar, kompos, dan pupuk kandang dengan perbandingan yang sama. Media disterilkan dulu dengan dikukus pada suhu 90°C selama 2—3 jam. Wadah pesemaian berupa baki plastik 24 cm x 30 cm setinggi 5 cm.
2. Benih ditabur dengan kerapatan 500 benih/baki lalu ditutup media kering yang diayak. Kemudian baki ditutup kertas tisu basah, dan ditaruh di tempat gelap dalam suhu kamar. Seminggu kemudian kertas tisu dibuang dan baki dipindahkan ke GH. Setelah 10 hari, bibit paprika dipindahkan ke rak pembibitan sampai 30 hari.
3. Untuk penanaman, dibuat alas atau bedengan setinggi 5—10 cm dan lebar 80—90 cm menggunakan rak bambu berlapis plastik. Jarak antar bedengan 70—80 cm. Berikutnya, paprika dipindahkan ke polibag. Di atas satu bedengan terdapat dua baris polibag dengan jarak antar baris 35—40 cm dan jarak dalam baris 30—45 cm. Siapkan juga ajir berupa tambang ukuran kecil untuk mengatur percabangan pohon dan agar tanaman bisa tegak sebab bobot paprika dalam satu tanaman mencapai 2 kg.
4. Langkah pemeliharaan yang penting adalah pemupukan, pemangkasan cabang dan tunas di ketiak daun (nyirung). Dalam satu tanaman diarahkan dua cabang utama dengan satu cabang sekunder. Nyirung juga dilakukan pada daun tua dan daun sakit yang terlalu rimbun. Batang utama sampai percabangan pertama dibiarkan tanpa daun. Sementara bunga bakal terbentuk 20 hari setelah tanam. Bunga yang muncul sebelum waktunya harus dibuang. Pemangkasan bunga dilaksanakan sebelum tanaman berumur empat minggu. Dari satu ketiak, hanya dipelihara satu bunga agar buahnya besar dan berkualitas.
5. Panen dapat dilakukan setelah 70 hari tanam untuk paprika hijau. Selanjutnya, panen dapat dilakukan satu minggu sekali tergantung kebutuhan. Pemanenan paprika kuning atau merah ditambah 20-25 hari setelah paprika berwarna hijau. Selanjutnya paprika merah dan kuning dapat dipanen dua minggu sekali.
4. Penanganan Pasca Panen
Pengolahan paprika hendaknya dilakukan dengan benar agar tidak mengurangi nilai gizinya. Agar kadar vitamin C tak cepat menguap, sebaiknya paprika dimasukkan ke dalam masakan pada akhir proses memasak atau dicampur dengan salad. Penyimpanan paprika hendaknya dilakukan secara tepat. Kandungan vitamin C bisa berkurang, bahkan hilang, jika paprika yang telah terbelah dibiarkan lama terkena udara. Menurut Irna (2005), kiat memilih dan menyimpan paprika yang baik adalah sebagai berikut:
• Pilih paprika yang kulitnya masih licin, berkilat, dan tidak kusam.
• Pilih paprika yang keras untuk memastikan bahwa kualitasnya masih bagus dan baru.
• Jika dibeli dalam keadaan terbungkus plastik, segera buka kemasannya agar tidak lembab.
• Simpan paprika dalam kantong plastik yang telah dilubangi sebelum dimasukkan ke dalam kulkas, sehingga tahan untuk jangka waktu lama.
• Paprika jangan dibiarkan dalam keadaan terbelah jika tidak akan langsung dimakan karena vitamin C yang terkandung di dalamnya bisa berkurang/hilang.
5. Kandungan Gizi
• Vitamin C
Dibandingkan dengan cabai lain, paprika termasuk istimewa karena mengandung gizi yang sangat tinggi, terutama vitamin C. Kandungan vitamin C pada paprika jauh lebih tinggi daripada jeruk yang selama ini dikenal sebagai sumber vitamin C. Setiap 100 gram paprika merah mengandung 190 mg vitamin C, tertinggi di antara jenis paprika lainnya. Vitamin C dikenal sebagai senyawa yang dibutuhkan tubuh dalam berbagai proses penting, mulai dari pembuatan kolagen (protein berserat yang membentuk jaringan ikat pada tulang), pengangkut lemak, pengangkut elekton dari berbagai reaksi enzimatik, pemacu gusi yang sehat, pengatur tingkat kolesterol, serta pemacu imunitas. Selain itu, vitamin C sangat diperlukan tubuh untuk penyembuhan luka dan meningkatkan fungsi otak agar dapat bekerja maksimal. Kebutuhan tubuh akan vitamin C adalah 75 mg per hari untuk wanita dewasa dan 90 mg per hari untuk pria dewasa.
• Vitamin A
Pada paprika merah mengandung 3.131 IU vitamin A, tertinggi dibandingakan jenis paprika lainnya. Vitamin A sangat diperlukan tubuh untuk mencegah penyakit mata, pertumbuhan sel, sistem kekebalan tubuh, reproduksi, serta menjaga kesehatan kulit. Betakaroten adalah jenis antioksidan yang dapat berperan penting dalam mengurangi konsentrasi radikal peroksil.
• Betakaroten
Kemampuan betakaroten bekerja sebagai antioksidan berasal dari kesanggupannya menstabilkan radikal berinti karbon. Karena betakaroten efektif pada konsentrasi rendah oksigen, betakaroten dapat melengkapi sifat antioksidan vitamin E yang efektif pada konsentrasi tinggi oksigen. Betakaroten juga dikenal sebagai unsur pencegah kanker, khususnya kanker kulit dan paru. Beta karoten dapat menjangkau lebih banyak bagian-bagian tubuh dalam waktu relatif lebih lama dibandingkan vitamin A, sehingga memberikan perlindungan lebih optimal terhadap munculnya kanker. Sebagian besar kandungan betakaroten paprika terkonsentrasi pada bagian di dekat kulit. Sama seperti sayuran lainnya, semakin tua warna paprika, betakaroten di dalamnya semakin banyak.

• Vitamin B6
The George Mateljan Foundation (2006) menyatakan bahwa kandungan vitamin B6 pada paprika termasuk kategori excellent. Hal itu disebabkan paprika mengandung vitamin B6 dengan tingkat densitas tinggi. Vitamin B6 penting bagi otak untuk berfungsi normal, membantu membentuk protein, hormon, dan sel darah merah. Kandungan vitamin B6 dan asam folat pada paprika sangat baik untuk mencegah aterosklerosis dan penyakit diabetes. Kedua vitamin tersebut sangat diperlukan tubuh untuk mereduksi kadar homosistein. Homosistein dihasilkan dari siklus metilasi di dalam tubuh. Homosistein sangat berbahaya bagi tubuh karena dapat mengganggu sirkulasi darah dan memicu penyakit mematikan seperti jantung dan stroke.
• Serat
Paprika juga kaya akan serat (dietary fiber) yang akan membantu menekan angka kolesterol di dalam tubuh dan mencegah terjadinya kanker kolon.
• Likopen
Pada paprika merah, terdapat likopen yang cukup tinggi. Likopen merupakan pigmen karotenoid yang membawa warna merah. Pigmen ini termasuk ke dalam golongan senyawa fitokimia yang mudah ditemui pada buah-buahan yang berwarna merah seperti paprika. Likopen dikenal dengan berbagai manfaat seperti antikanker. Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Yale pada 473 orang pria menemukan fakta bahwa pria yang bebas kanker prostat memiliki lebih banyak likopen dalam darahnya dibanding mereka yang sakit. Penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh Universitas Harvard pada tahun 2002, membuktikan bahwa laki-laki yang mengonsumsi likopen dalam jumlah banyak memiliki risiko penyakit kanker lebih rendah, khususnya kanker prostat. Selain kanker prostat, konsumsi likopen juga dapat mereduksi berbagai jenis kanker lain. Sebuah studi di Iran seperti yang dilaporkan oleh Cook et al (1979) menunjukkan bahwa konsumsi likopen dapat mereduksi 39 persen kanker esofagal pada laki-laki. Helzlsouer et al (1996) melaporkan bahwa konsumsi likopen dapat mereduksi 7,4 persen risiko kanker rahim. Likopen juga dilaporkan dapat mengatasi kanker lambung yang disebabkan infeksi Helicobacter pylori. Kehadiran likopen sangat bermanfaat untuk menghambat oksidasi yang disebabkan oleh bakteri tersebut. Menurut Atanasova (1997), likopen juga dapat menghambat pembentukan N-nitrosamins yang dapat menyebabkan kanker perut. Giovannucci (1999) melaporkan struktur likopen sangat berpotensial sebagai antioksidan. Sebuah penelitian yang dilakukan di India terhadap 30 pasangan tidak subur membuktikan bahwa konsumsi likopen sebanyak 20 mg selama 3 bulan terus-menerus dapat meningkatkan jumlah sperma sebanyak 67 persen, memperbaiki struktur sperma sebanyak 63 persen, dan menaikkan kecepatan sperma sebanyak 73 persen. Likopen pada paprika merah dapat mempertahankan fungsi mental dan fisik para lansia. Setelah masuk ke dalam aliran darah, likopen akan menangkap radikal bebas pada sel-sel tua dan memperbaiki sel-sel yang telah mengalami kerusakan.
6. Perdagangan Lokal dan Internasional
Paprika merupakan salah satu sayuran yang memiliki prospek yang cerah. Peluang pasar luar dan dalam negeri masih terbuka lebar karena pasokan lebih kecil dibandingkan permintaan. Produksi dalam negeri masih terbatas, karena paprika merupakan tanaman yang memerlukan kondisi agroklimat dan terbatas pada daerah dataran tinggi. Walaupun bukan merupakan tanaman sayuran asli Indonesia, perubahan gaya hidup dan pola konsumsi penduduk (khususnya perkotaan) berupa menu sayuran permintaan terhadap paprika menunjukkan peningkatan. Paprika yang lebih dikenal dengan nama cabai manis ini banyak ditemukan di pasar swalayan, dan juga di pasar tradisional di daerah perkotaan. Di pasar lokal, cabai manis ini banyak dibutuhkan oleh outlet pizza, swalayan, restoran, dan hotel. Di Jabotabek saja, terdapat 56—60 outlet pizza. Belum di Semarang, Surabaya, Medan, Denpasar, dan kota-kota lainnya. Untuk outlet di Jabotabek, setiap hari membutuhkan pasokan 20 ton.

Pustaka:
1. http://arsip.info/bisnis/peluang-usaha/agrobisnis/paprika/07_02_10_110128.html.
2. Cahyono,B. Cabai Paprika Teknik Budidaya dan Analisa Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta
3. http://www.tanindo.com/abdi16/hal3601.htm. Pentingnya Naungan bagi Tanaman Paprika.
4. http://anekaplanta.wordpress.com/2008/03/21/budidaya-paprika/

Talas Jepang (Satoimo), Peluang yang Oke

1. Sejarah dan Prospek
a. Sejarah
Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan ‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China). Asal mula tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara, menyebar ke China dalam abad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa pulau di Samudra Pasifik, terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 m dpl., baik liar maupun di tanam.
b. Peluang Industri Hilir
Separuh penduduk Jepang yang berjumlah ± 120 juta orang, mengkonsumsi Talas jepang sebagai makanan pokok selain beras, sehingga saat ini kebutuhan Jepang mencapai ± 360.000 ton pertahun (Otsubo,1996). Kekurangan pasokan satoimo sebagaian besar diimpor Jepang dari China, yaitu mencapai ± 55.000 ton s/d 60.000 ton (JAPAN IMPORTS/EXPORTS). Oleh karena itu Jepang masih kekurangan pasokan satoimo sebesar ± 40.000 ton s/d 45.000 ton pertahun. Indonesia berpotensi untuk memenuhi kekurangan pasokan satoimo ke Jepang, karena merupakan negara agraris dengan dua musim yang dapat mendukung kegiatan pertanian sepanjang tahun
2. Botani dan Fisiologi
Kebun talas Satoimo dapat ditanam pada ketinggian mulai dataran rendah sampai dataran tinggi diatas 1200 dpl.

3. Budidaya
Persyaratan tempat tumbuh
a. Tanaman talas menyukai tanah yang gembur, kaya akan bahan organik atau humus.
b. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan berbagai jenis tanah, misalnya tanah lempung yang subur dan coklat, tanah vulkanik, andosol, tanah latosol.
c. Untuk mendapatkan hasil yang tinggi, harus tumbuh di tanah drainase baik dan PH 5,5-6,5. Bila PH dibawah 5,0 tanah harus diberi perlakuan kapur 1 ton/HA.
d. Tanaman ini membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Apabila tidak tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang, tanaman talas sulit tumbuh.
e. Selama pertumbuhan tanaman ini menyukai tempat terbuka dengan penyinaran penuh serta pada lingkungan dengan suhu 25-30 °C dan kelembaban tinggi.
Cara budidaya
1. Penataan lahan ( pembuatan guludan /bedengan ) Ukuran panjang guludan/bedengan dapat disesuiakan dengan luasan lahan yang ada, sedangkan lebar 120 cm dan tingginya 15 cm. pembuatan lobang tanam dengan jarak 60 cm x 40 cm dengan diameter lobang 25 cm dan kedalaman 15 cm.
2. Pemberian KOMPOS 400-500 gr, pupuk NPK ( 15-15-15 ) 5 gr, dan 2 gr furadan pada setiap lubang tanam, kemudian DIADUK secara merata dengan tanah yang ada dilobang dan disiram air secukupnya, selanjutnya didiamkan selama 2 s/d 4 hari sebelum mulai tanam.
3. Umbi yang telah tumbuh berdaun dua dan telah berakar (kondisi sehat), diletakkanpada lobang tanam dengan kedalaman dari permukaan maksimum 10 cm. Selanjutnya ditimbun dengan tanah disekitar lobang dan disiram.
4. Penyiraman setiap hari pagi dan sore jika diperlukan sesuai dengan kondisi kelembaban tanah disekitar tanaman.
5. Pemberian pupuk NPK ( 15-15-15 ) 5 gr setiap tanaman pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam yang ditaburkan 10 cm – 20 cm dari batang tanaman (melingkar) dan langsung ditimbun tanah sekitarnya,
6. Pembersihan gulma dan pembumbunan tanah, tingginya bumbunan 5 s/d 10 cm dari pangkal batang tanaman itu sendiri, juga dilakukan kalau terjadi erosi karena hujan.
7. Panen dapat dilakukan setelah tanaman berumur antara +/-5 bulan setelah tanam.
4. Industri Hilir
UMBI SEGAR: Sumber Calsium dan Kalori yang tinggi, tetapi kandungan karbohidratnya rendah sehingga dapat dikonsumsi sebagai makanan DIET juga baik untuk penderita DIABETES
PATI/POWDER: sebagai bahan produksi makanan/minuman sehat; seperti pengental (starch), bubur bayi makanan orang tua, bahan baku kue dan roti, pencampur tepung terigu sebagai pengganti kentang. Farmasi/obat-obatan: sebagai pengisi kapsul dan tablet.
SERAT/FIBRE : Sebagai bahan campuran pembuatan JELLY, Ice Cream biscuit filling, preparat sup, minuman berserat, pudding, makanan dan minuman diet dan penderita diabetes, dll.
5. Perdagangan
Produksi maksimal PT AWAI melalui kebunnya di Warung Kondang, Kabupaten Cianjur, Jabar, seluas 20 hektare dengan pekerja 100 orang, sebanyak 80 ton, sementara yang diserap oleh Kadin Indonesia Komite Jepang untuk diekspor ke Jepang hanya 20 ton dan sisanya masih dikembangkan untuk dijadikan bibi. Ada tawaran dari salah satu konsumen satoimo di Jepang untuk membuka lahan seluas 50.000 hektare di Indonesia dan mereka menjamin akan menampung semua hasil produksi satoimo. Tentu hal tersebut menjadi peluang Indonesia untuk menjadi pemasok terbesar satoimo ke Jepang. Konsorsium Satoimo Indonesia-Jepang yang dibentuk atas inisiatif Kadin Indonesia Komite Jepang, telah melakukan ekspor perdana setelah persiapan selama tiga tahun. Dalam perkembangannya, talas bukan lagi makanan kampung. Pasalnya, Amerika Serikat dan sejumlah negara Uni Eropa kian menggemari talas dalam bentuk tepung. Demikian pula dengan Jepang, yang selama ini kebutuhannya dipasok oleh Cina. Saat ini, di negara-negara tersebut telah muncul pasar keripik talas loma yang berasal dari Hawai. Kondisi ini membuat peluang kita untuk mengekspor keripik talas, cukup besar. Apalagi, budidaya talas mudah dilakukan dan tidak bersifat musiman.
Pustaka:
http:// giomustbebetter.blogspot.com
http:// atanitokyo.blogspot.com