Rabu, 25 Februari 2009

Bawang Negeri ku....

Sekitar pertengahan abad ke-17, tepatnya tahun 1665, wabah sampar (pes) melanda Inggris dengan hebatnya. Ribuan penduduk meninggal dunia dan ribuan lagi terpaksa mendapat perawatan intensif. Wabah ini telah menjalar ke seluruh pelosok Eropa dan menjadi momok yang mengerikan pada waktu itu bahkan menyeberang sampai daratan Amerika. Di tengah-tengah kekalutan itu terjadi keanehan pada sebuah rumah di daerah Chester, Inggris yang seluruh penghuni rumahnya selamat dari wabah tersebut. Konon menurut cacatan sejarah, keluarga tersebut mengkonsumsi bawang putih. Bagi bangsa Roma, bawang putih bahkan dianggap sebagai sumber kekuatan. Tentara Roma yang terkenal gagah perkasa di medan pertempuran ternyata tidak dapat berpisah dengan bawang putih. Dalam perang dunia pertama dan keduapun, bawang putih berperan bagi para prajurit yang terluka.
Bawang putih adalah nama tanaman dari genus Allium yang termasuk kedalam famili Amaryllidaceae banyak dipergunakan sebagai obat tradisional guna mengatasi penyakit gatal-gatal, cacingan, insektisida, dan sebagainya.( Wibowo ,1982; Santoso, 1989 ; Spencer dikutip oleh Purnomowati et al., 1992). Bawang putih adalah tanaman yang mempunyai akar serabut, daunnya panjang berbentuk pipih dan berwarna hijau. Umbi terdiri dari 9-20 siung dan tersusun secara berlapis lapis dan sering disebut dengan tanaman berumbi lapis; antar siung yang satu dengan siung yang lainnya dipisahkan oleh kulit yang tipis sehingga membentuk satu kesatuan yang rapat (SANTOSA, 1988). Bawang putih dengan aroma yang pedas dan harum banyak dilaporkan sebagai penyedap makanan dan bumbu masak. Umbinya mengandung banyak zat yang bersifat membunuh kuman dan penawar racun sehingga banyak digunakan untuk pengobatan. Bawang putih dengan nama Allium sativum L termasuk tanaman herbs yaitu tumbuhan berbatang lunak yang digunakan sebagai rempah (HEAT, 1981). BRODNITZ et al. (1971) menyatakan bahwa komponen sulfur bawang putih tidak hanya memberikan flavour khas tetapi juga sebagai senyawa biologis aktif. Bawang putih memiliki citarasa yang sangat khas yang ditimbulkan oleh komponen sulfur yang ada dalam minyak volatil bawang putih dengan aroma dan rasa pedas. Menurut BLOCK (1985) dialil disulfide pada bawang putih dapat menghambat pembentukan kolesterol dan asam lemak yang merupakan perangsang timbulnya penyakit jantung dan dapat melindungi tubuh dari serangan kanker. Sedangkan dialil trisulfida dapat mencegah infeksi dan radang selaput otak atau sumsum tulang. SANTOSA (1991) melaporkan bahwa bawang putih mengandung beberapa senyawa aktif antara lain: allisin mempunyai daya anti bakteri dan anti radang. Selenium suatu mikro mineral sebagai anti oksidan dan mencegah terbentuknya gumpalan darah yang dapat mennyumbat pembuluh darah ke otak. Germanium seperti selenium bersifat anti kanker dapat menghambat dan memusnahkan sel sel kanker didalam tubuh. Metilatil trisulfida mencegah penyumbatan yang menghambat aliran darah ke jantung dan otak. Semmler dikutip Watanabe (1998) menyatakan bahwa bawang putih banyak mengandung bahan kimia yang dapat berperanan dalam melawan penyakit, diantaranya adalah : Dialil disulfida, Vialil trisulfida, Propil alildisulfida, dan Monosulfida.
Masyarakat Indonesia sendiri sudah lama mengenal dan memanfaatkan bawang putih (Allium sativum) dalam kehidupannya, karena bawang putih sudah biasa dimanfaatkan sebagai bumbu masak dan bahan obat-obatan. Di Sunda, orang menyebutnya bawang bodas. Orang Madura menyebutnya bhabang pote. Di daerah lain, namanya bawang pulak (Tarakan), lasuna moputih (Minahasa), pia moputi (Gorontalo), lasuna kebo (Makassar), bawa de are (Halmahera), bawa bodudo (Ternate), bawa fiufer (Papua), lasuna (Karo), kesuna (Bali). Jenis bawang putih unggul yang dibudidayakan di Indonesia adalah lumbu hijau dan lumbu kuning yang tumbuh di dataran tinggi, dan lumbu putih untuk di dataran rendah. Varietas lain yang merupakan hasil modifikasi ketiga varietas itu juga berkembang di berbagai daerah dengan mengusung nama lain, seperti bawang jenis cirebon, tawangmangu, santong, sumbawa, jatibarang, bogor, obleg, idocos (Filipina), dan thailand. Ada lagi varietas bawang putih yang disebut bawang lanang. Ini adalah bawang yang hanya terdiri dari satu siung. Sesungguhnya, bawang lanang ini merupakan bawang putih biasa yang tumbuh di lingkungan yang tak sesuai. Alhasil, bawang ini tak berkembang dengan baik, dan hanya berkembang satu siung.
Pada dekade 80-an bawang putih pernah menjadi komoditas unggulan di beberapa sentra produksi, seperti di provinsi Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Saat tersebut pada lokasi yang cocok secara agroekosistem, petani sangat tertarik menanam bawang putih karena mempunyai nilai ekonomis tinggi dan tidak ada saingan dari impor, sehingga menjadi pilihan agribisnis yang menguntungkan dan menjadi andalan pendapatan. Disamping itu bawang putih produksi dari daerah tertentu dianggap punyai khasiat obat khusus, seperti halnya bawang putih tunggal dari NTB, yang akhirnya memberikan harga khusus bagi produsennya.
Sebuah riset pasar menyebutkan bahwa bawang putih adalah suplemen utama rempah-rempah yang dikonsumsi oleh keluarga di USA. Beberapa produk bawang putih yang telah dikomersialkan adalah garlic essential oil, garlic oil macerated oil, garlic powder, dan age garlic extract (AGE). Diantara beberapa komponen bioaktif yang terdapat pada bawang putih, senyawa sulfida adalah senyawa yang banyak jumlahnya. Senyawa-senyawa tersebut antara lain adalah dialil sulfida atau dalam bentuk teroksidasi disebut dengan alisin. Sama seperti senyawa fenolik lainnya, alisin mempunyai fungsi fisiologis yang sangat luas, termasuk diantaranya adalah antioksidan, antikanker, antitrombotik, antiradang, penurunan tekanan darah, dan dapat menurunkan kolesterol darah.
Di Cirebon ada industri kecil yang menghasilkan kerupuk bawang putih. Ibu Yani Yuliani adalah salah satu penjual kerupuk bawang putih. Menurut beliau bahwa kerupuk bawang putih memang belum terlalu dikenal masyarakat dan pemasarannyapun masih terbatas. Kebanyakan konsumen kerupuk ini adalah warga keturunan arab. Kerupuk bawang putih dijual dengan harga Rp 20.000,/kg. Saat ini kerupuk bawang putih sudah mulai bisa diperoleh melalui beberapa supermarket di Cirebon dan sekitarnya, tambah beliau. Saat ditanya kemungkinan ekspor “ belum sampai kearah sana karena usaha ini masih kecil dan kerupuk bawang putih juga cuma salah satu produk dari berbagai produk kerupuk yang dijual”jelas beliau. Setidak usaha ini telah menjadi solusi yang mungkin bisa ditawarkan disamping pengolahan produk pasca panen bawang putih lain seperti mengolahnya menjadi tepung, minyak, dll.
Di Tawangmangu, bawang putih merupakan salah satu komoditas unggulan masyarakat.

Dengan berbagai kelebihannya, komoditas tersebut telah mampu mengangkat taraf hidup masyarakat petani. Faktor ketersediaan lahan, kecukupan air irigasi, iklim yang mendukung serta kemauan keras dari para petani merupakan beberapa unsur yang mendukung usaha tani tersebut. Masa keemasan Bawang Putih di Tawangmangu telah berjalan sejak nenek moyang petani hingga sekitar tahun 1996. Pada periode tahun 1996 sampai sekarang masa kejayaan komoditas unggulan masyarakat petani tersebut mulai surut. Hal ini diakibatkan oleh adanya wabah penyakit umbi busuk yang menyerang tanaman bawang putih pada umur 80-90 hari, pada saat daun tanaman sudah tumbuh subur. Jika terkena penyakit tersebut, tanaman menjadi layu dan kemudian mati. Hal ini berdampak pada kerugian besar bagi petani, khususnya dari pengeluaran biaya bibit, pestisida, pupuk dan tenaga. Kondisi ini dialami oleh sebagian besar petani di Kelurahan Blumbang dan sekitarnya yang berdampak pada anjloknya pasokan komoditas bawang putih tawangmangu di pasaran. Sejak saat itu sebagian besar petani sudah tidak lagi menanam komoditas tersebut. Hal lain yang patut dikhawatirkan adalah ketersediaan bibit bawang putih saat ini sudah jauh berkurang dan terancam punah, padahal tadinya bibit tersebut mampu dibudidayakan oleh petani sendiri.
Kebutuhan bawang putih bagi masyarakat di Indonesia cukup besar dan terus meningkat. Menurut data Susenas 2003, konsumsi per kapita bawang putih penduduk Indonesia mencapai 1,13 kg/tahun sehingga kebutuhan bawang putih nasional per tahun mencapai sekitar 250 ribu ton, dan jumlahnya cenderung meningkat karena pertambahan penduduk atau ragam penggunaan yang semakin banyak.
Ironinya produksi bawang putih kita tidak mampu memenuhi permintaan tersebut, bahkan tingkat produksi dan areal tanam cenderung menurun selama beberapa tahun terakhir ini. Produksi bawang putih Indonesia pada tahun 2006 hanya 20,78 ribu ton dengan areal tanam seluas 3284 Ha, sebagai gambaran keadaan produksi dan areal tanam tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Keadaan Produksi dan Luas Panen Bawang Putih
Produksi luas panen Keadaan
2004 2005 2006
Produksi (ton) 28851 20733 20780
Luas Panen (ha) 4930 3280 3284
Dengan adanya perbedaan yang sangat tinggi antara kebutuhan dan produksi, menyebabkan terjadinya ketergantungan sangat tinggi pada impor bawang putih untuk memenuhi permintaan konsumen domestik.
Dari data yang ada, impor bawang putih pada tahun 2006 sebesar 295 ribu ton dengan nilai sekitar 103 juta US$, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya volume dan nilai impor memperlihatkan kecenderungan terus meningkat. Gambaran ini sangat bertolak belakang dengan keadaan ekspor yang mana pada tahun yang sama hanya mencapai 20,4 ton dengan nilai sekitar 12 ribu US$. Data ekspor impor bawang putih pada periode tahun 2004 – 2006 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Keadaan Ekspor-Impor Bawang Putih
Volume- nila Keadaan
2004 2005 2006
Volume ekspor 39,3 18,1 20,4
Nilai ekspor 43.166 7.308 12.090
Volume impor 244.446,1 283.403,3 295.057,1
Nilai impor 53.474,3 66.700,1 103.066,9
Bawang merah maupun bawang putih dari berbagai negara mulai menguasai pasaran tradisional di Banjarmasin Kalimantan Selatan (Kalsel). Menurut pantauan di beberapa pasar tradisional Banjarmasin, tampak bawang merah asal Thailand, Vietnam, India dan China menggunung di kios pedagang pasar Lima atau pasar grosir terbesar di Kalsel. Akibat membanjirnya bawang luar negeri tersebut, menyebabkan bawang merah maupun bawang putih lokal tidak lagi kelihatan di pasaran. Mamak Arif, seorang pedagang besar bawang merah dan bawang putih di Pasar Lima Banjarmasin mengungkapkan, membanjirnya bawang putih dari China menyebabkan harga bawang putih jatuh di pasaran. Menurutnya, sejak puluhan tahun terakhir, harga bawang putih sekarang ini merupakan harga paling murah hanya Rp2.500 per kilogram untuk harga di pasar Lima, sebelumnya, minimal harganya Rp7.500. Pedagang sama sekali tidak mampu mengangkat harga bawang, yang kini jatuh menjadi Rp2.500. Hampir tiap hari bawang putih impor membanjiri pasar (kapan lagi.com).
Bawang merah dan bawang putih impor juga membanjiri pasaran di Kota dan Kabupaten Magelang. Hal ini terjadi seiring dengan kelangkaan stok bawang local. Di Pasar Rejowinangun, kota Magelang kondisi tersebut dianggap biasa berlangsung tiap tahun. Bawang merah impor berasal dari Thailand dan Vietnam. Setiap harinya, pasokan bawang merah yang masuk mencapai tiga hingga empat kuintal sedangkan komoditas bawang putih, merupakan impor dari RRC. Hal serupa juga terjadi di Pasar Muntilan, Kabupaten Magelang. Yang penyebabnya sama yaitu tidak adanya bawang merah atau putih lokal. Jika barang langka, harga melonjak. Jika sebelumnya hanya Rp 10.000 per kilogram (kg), maka saat ini, harga bawang merah tersebut sudah mencapai Rp 13.000 per kg. Sebaliknya, harga bawang putih justru turun, dari Rp 4.000 menjadi Rp 3.000 per kg (kompas.com).
Di Palembang, nyaris semua kebutuhan bawang putih didatangkan dari luar atau didominasi impor. Masuknya bawang itu disebabkan petani lokal tidak mampu bersaing di pasaran karena biaya operasional yang dikeluarkan jauh lebih tinggi, sehingga petani lokal lebih memilih menanam komoditi lain yang dianggap menguntungkan. Menurut Pengakuan sejumlah pedagang grosir bawang Pasar 16 Ilir Palembang hampir 90 persen kebutuhan bawang putih dan bawang merah didatangkan dari luar Palembang. Khusus bawang putih didatangkan dari Jakarta yang umumnya di impor dari China dan Thailand. "Tidak mampunya petani lokal untuk bersaing harga dengan produk luar membuat pedagang grosir bawang di Palembang berinisiatif mendatangkan bawang dari luar," kata Hj Fitri salah satu pemilik toko grosir bawang Sumber Rezeki di Pasar 16 Ilir Palembang (Sriwijaya Pos).
Sejumlah petani di Kecamatan Lambitu, saat ini mulai diresahkan dengan rendahnya harga bawang putih di pasaran. Padahal, saat musim tanam, harga jual bawang putih relatif tinggi, sekitar Rp5.000 hingga Rp6.000/kilogram. Kini, hanya ditawar sekitar Rp 1.500 hingga Rp 2.000/kg. suatu penurunan yang drastis. Sekretaris Camat Lambitu, Nurdin M Ali, BA, membenarkan keluhan petani itu. Mereka pernah meminta agar pemerintah menyetabilkan harga, sehingga tidak terlalu anjlok. Meski harga cenderung anjlok, kata dia, petani bawang putih di Lambitu tetap antusias menanam. Apalagi, tanaman itu sudah dilakukan sejak turun-temurun. Dia berharap dengan kesungguhan petani, sekali waktu ada investor yang mau menanam modal di Lambitu. Bawang putih lokal sejak dahulu tetap digemari, meski sudah banyak bawang putih yang berbiji besar dijual di pasar Bima (Nusatenggaranews.com).
Tragedi bawang putih terjadi semenjak diberlakukannya tarif rendah (hanya 5 %) terhadap impor bawang putih pada tahun 1996, lebih parah lagi dengan diberlakukannya AFTA tahun 2000 dan perjanjian ASEAN-China tahun 2005 maka terhadap bawang putih tidak lagi dikenakan tariff impor. Hal lain, kenyataannya impor bawang putih dapat dilakukan secara bebas oleh para importir tanpa menggunakan acuan standar mutu sehingga mutu bawang putih impor yang diperdagangkan di dalam negeri sangat beragam, namun secara umum harganya lebih murah dengan kualitas dan performan lebih baik.
Dengan adanya kondisi dan kebijakan tersebut, bawang putih produksi dalam negeri menjadi terdesak dan kalah bersaing, lama ke lamaan petani tidak tertarik lagi untuk melakukan usaha di bidang komoditas ini. Saat ini sentra produksi bawang putih terbesar hanya terdapat di provinsi Sumatera Utara sekitar 33% dari produksi nasional (mencakup kabupaten Simalungun dan Samosir), dan daerah produksi lainnya adalah provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Wonosobo) sebesar 18% dan Jawa Timur (Kota Batu) sekitar 15%. Ironinya keadaan produksi, areal tanam maupun minat petani untuk agribisnis ini cenderung terus menurun.
Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam agribisnis bawang putih lokal adalah daya saing produk yang rendah atau lemah, karena produktivitas, tingkat efisiensi usaha, kualitas dan performan produk yang rendah, yang menyebabkan bawang putih kita kalah bersaing di kandang sendiri. Beberapa permasalahan spesifik yang menghambat perkembangan agribisnis bawang putih antara lain adalah:
1. Kebijakan penurunan tariff impor, menyebabkan harganya jauh lebih murah dibanding bawang putih lokal, dampak lebih lanjut, gairah petani untuk menanam bawang putih semakin menurun karena tidak menguntungkan.
2. Kondisi tanah yang dieksploitasi terus menerus tanpa rotasi tanaman membuat tanah menjadi jenuh dan miskin hara sehingga tingkat kesuburan dan produktiivitas menjadi rendah.
3. Keterbatasan modal dan penguasaan teknologi budidaya maju oleh petani menyebabkan makin menurunkan luas tanam, produktivitas dan kualitas.
4. Penggunaan benih asalan (tidak bermutu) dari hasil seleksi petani sendiri sehingga produktivitasnya rendah.
5. Terjadinya serangan berbagai organisme penganggu tanaman.
Oleh karena itu diharapkan pemerintah bisa segera memberlakukan SNI wajib bagi komoditas bawang putih untuk mencegah masuknya produk berkualitas buruk, menyusul maraknya reimpor bawang putih meskipun telah ditolak oleh Badan Karantina Pertanian (Barantan). Impor bawang putih Indonesia volumenya cukup besar karena petani lokal hanya sanggup memenuhi 10% konsumsi dalam negeri. Jika tidak dikendalikan, maka bisa melebihi dari volume impor resmi (bisnis.com).

1 komentar:

  1. JTV | Hotels, Casinos & Experiences - Missouri - KTM
    Find the best hotel deals and offers 통영 출장안마 in Missouri 속초 출장샵 at JTM. Save 영천 출장안마 up to 60% off 시흥 출장마사지 with our 원주 출장안마 Hot Rate deals when booking a last minute hotel.

    BalasHapus